Strategi Penerapan Program Active Learning



Bagikan melalui :





Ketika belajar belum menjadi kebutuhan, meskipun semua paham bahwa hanya dengan belajar karyawan akan mengalami kemajuan, dengan belajar karyawan bisa memberikan kontribusi, dengan belajar karyawan menjadi lebih siap terhadap perubahan, siap menghadapi resesi dan terbuka peluang baginya. Ketika tingkat literasi karyawan masih rendah maka penerapan program perusahaan perlu strategi yang tepat.

Program yang diimplementasikan bisa berjalan ketika ada benefit pada karyawan bukan hanya perubahan mindset, penambahan pengetahuan, atau menghasilkan ide pemikiran untuk perbaikan. Program menyatu dengan strategi dan kebijakan pengembangan SDM di perusahaan.

Program yang berjalan fokus pada kebutuhan pengembangan karyawan, bisa berjalan ketika karyawan mendapatkan konsekuensi tidak dapat bekerja. Seperti hal nya persyaratan STR (Surat Tanda Registrasi) bagi tenaga bidang Kesehatan seperti : Bidan, Perawat, Apoteker, Sanitarian, Ahli gizi, Petugas Kesehatan masyarakat, Analis laboratorium. Tenaga bidang Kesehatan ini bersedia mengeluarkan biaya untuk mengikuti pelatihan dan mendapatkan point yang menjadi persyaratan mendapatkan STR.

Ke depan Registrasi kompetensi ini menjadi wajib bagi semua tenaga kerja, yang diatur oleh pemerintah secara bertahap. Kewajiban sertifkasi kompetensi melalui uji kompetensi bagi semua lulusan sekolah formal dan mendapatkan sertifikat dari BNSP, dan berlaku hanya 3 tahun. Dimana karyawan wajib mendaftar perpanjangan sertifikat kompetensinya. Kelak akan terjadi seleksi terhadap LSP yang memberikan rekomendasi. Semua tentu mengalami perbaikan dan itu butuh proses. Hal terpenting adalah telah memulai untuk menetapkan orang yang memiliki kompetensi dalam bekerja sehingga mampu memberikan kontribusi.

Dalam penerapan program Latihan berpikir, fokus kebutuhan lebih pada pelaku usaha, dimana mereka menghendaki perubahan besar, cepat dan peningkatan produktifitas. Maka penerapan program harusnya masuk dalam strategi dan kebijakan pengembangan SDM perusahaan. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah :

  1. Hindari menerapkan program Latihan berpikir Active Learning dengan memberlakukan denda kepada karyawan. Penerapan denda membuat repot HRD karena harus terus meyakinkan tentang perlunya karyawan menyelesaikan sesuai target. Ingat bahwa tingkat keperluannya lebih pada pelaku usaha untuk meningkatkan kinerja bisnisnya.

 

Pengalaman kami pernah menerapkan menitip uang dan akan dikembalikan ketika karyawan telah mencapai targetnya. Strategi ini juga membuat HRD repot dalam menjalankannya karena penolakan dari karyawan meskipun uang yang dititipkan telah disepakati bersama.

 

  1. Kebijakan direksi yang menetapkan bahwa karyawan tidak akan dilanjutkan kontraknya sebelum menyelesaikan target materi Latihan berpikir Active Learning. Pada awal kebijakan ada beberapa karyawan yang dinilai baik ikut terjaring untuk tak dapat dilanjutkan kontraknya. Kini setelah berjalan, karyawan memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan target belajarnya dan tumbuh tanggung jawab untuk berlatih secara mandiri. HRD memberikan bimbingan pada karyawan yang telah berlatih diatas 9x dan belum mampu menyelesaikan.

 

  1. Kebijakan direksi yang memasukkan evaluasi kenaikan uang KPI berdasar atas penyelesaian target Latihan berpikir cukup efektif. Jangan menentukan kenaikan gaji dengan kemampuan karyawan menyelesaikan target belajarnya. Karena ada juga karyawan yang berusaha mengejar penyelesaian target belajar demi mendapatkan evaluasi kenaikan gaji. Tetapi mendapatkan kenaikan uang KPI dapat diterima karyawan sesuai target penyelesaian materi, ditetapkan oleh manajemen, dimana karyawan mendapatkan 150 ribu, 250 ribu, dst nya hingga maksimal 40% dari pendapatannya. Karyawan mendapatkan uang KPI sesuai dengan pencapaian KPI nya. Misal karyawan mencapai KPI 85%, maka 85% x 150.000 = Rp. 127.500. perusahaan tentu tak mengalami kerugian karena karyawan menunjukkan hasil. Perlu ditetapkan batas bawahnya, missal KPI 80%, tidak mendapatkan uang KPI.

 

  1. Menyusun program Latihan berpikir untuk leader, dimulai dengan pembentukan rasa percaya diri leader, membentuk sikap patuh, menegmbangkan kemampuan pengarahan yang disusun bertahap dapat dijadikan persyaratan untuk jabatan leader. Karyawan yang telah menyelesaikan Latihan berpikir yang diperuntukkan baginya, dapat mengerjakan Active Learning leader dengan mengajukan permintaan ke pihak HRD.

 

HRD dapat menetapkan kriteria, disiplin, tanggung jawab dan kesediaan berbuat lebih sebagai persyaratan bagi karyawan untuk dapat mengajukan Latihan ke program leader. Karyawan demikian adalah calon pengganti leader ketika diperlukan. Karyawan yang telah menyelesaikan materi leader tahap 1, tentu akan memiliki sikap yang berbeda dengan karyawan pada umumnya. Dia juga dapat ditunjuk untuk mengerjakan Latihan-latihan pengembangan yang diperuntukkan bagi leader. Bukankah dengan persiapan yang baik maka akan datang kebaikan yang diharapkan. Disinilah kunci kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi oleh pihak HRD dalam jangka waktu 2 hari, lebih cepat dari SOP. Pencapaian kinerja berbasis pengukuran KPI dapat diterapkan.

 

Salam improvement


Bila bermanfaat, bagikan melalui :