Bagikan melalui :
Disini seperti yang diungkapkan oleh rekan-rekan HRD, bahwa manakala ada niatan yang tak baik dalam pengelolaan SDM, ada niatan untuk kepentingan karir dirinya, melakukan rekayasa dan menekan karyawan, maka semua akan berpulang pada dirinya sendiri.
Sebetulnya keputusan tetap ada di pihak pengambil keputusan. Pengambil keputusan yang menentukan kebijakan yang ditempuh termasuk kebijakan bidang SDM. Ketika HRD melancarkan program perubahan status karyawan dari karyawan tetap menjadi karyawan outsourcing, dengan sebanyak 2000 karyawan lebih. Dan berhasil tanpa biaya yang besar, maka akan tiba saatnya.
Strategi mengubah status didahului oleh pembentukan leadership dengan mengundang konsultan. Pesan direksi adalah bentuk kepatuhan karyawan, bukankah dengan kepatuhan maka improvement akan berjalan dengan baik. Budaya continuous improvement dapat diwujudkan ketika karyawan memiliki tingkat kepatuhan yang baik.
Cukup panjang strategi yang direncanakan, cukup bersabar untuk mempersiapkan, cukup meyakinkan bagi personil yang terlibat dalam proyek pembentukan kepatuhan. Tak ada yang mengira tentang arah strategi yang diterapkan, semua focus pada bagaimana meningkatkan daya saing perusahaan dengan meningkatkan produktifitas yang setiap tahunnya di targetkan diatas 30%.
Tahap berikutnya adalah membuat kepatuhan pada seluruh leader. Diadakan pertemuan khusus diawali dengan orang terdekat pimpinan. Dan terus bertambah hingga seluruh leader ikut dalam acara pertemuan. Tidak agenda khusus di acara yang diselenggarakan kecuali bersenang-senang Bersama setelah capai target kerja yang ditetapkan.
Karyawan bisa dibuat patuh dengan mengikuti instruksi leader. Ketika diminta push up, mereka bersedia lakukan. System pembentukan yang digagas konsultan dimanfaatkan lebih dari tujuan awal pembentukan kepatuhan, dimana karyawan mampu bertindak disiplin. Karyawan terus dipimpin dengan nilai yang disampaikan melalui hafalan nilai kerja, semboyan hidup, janji kami, mars kami, mars perusahaan, janji 5R, mars 5R, buku doa, buku renungan yang terus dijadual untuk diberikan dalam pengarahan sebelum bekerja. Karena terus dipimpin maka karyawan terbiasa dipimpin dan patuh pada instruksi leader.
Hingga adanya rencana untuk mengubah status karyawan tetap menjadi karyawan outsourcing, taka da seorangpun yang menyadari akan adanya perlakuan yang menyimpang. Semua beranggapan bahwa kondisi persaingan semakin tinggi, perusahaan perlu lakukan Langkah efisiensi. Semua dilakukan demi memajukan perusahaan dimana karyawan mendapatkan sumber kehidupan dari pendapatan kerjanya. Tak ada yang bergejolak, mereka semua menerima, hal ini karena kepatuhan pada leader telah diciptakan.
Pabrik melakukan relokasi keluar daerah dengan ketentuan uang UMK lebih rendah. Karyawan, staf dan leader yang tak bersedia pindah dengan sendirinya tersingkir. Tentunya perpindahan staf dan leader dilakukan secara bertahap. Disini juga diterima sebagai hal yang wajar, perusahaan harus mempertahankan eksistensinya ditengah pandemi.
Sistem dibenahi, karena kantor dan pabrik berada di tempat yang cukup jauh. Perusahaan mulai menambah karyawan admin yang paham komputer sedangkan karyawan lama sulit untuk mengoperasikan cara kerja komputer. Karyawan lama yang membimbing karyawan baru untuk bisa memahami business process. Tentu saja perbedaan gaji karyawan sangat jauh. Hingga pada suatu waktu, ternyata ada keputusan manajemen untuk memPHK 8 orang staf administrasinya yang dikenal dekat dengan pihak manajemen, bahkan jadi orang kepercayaan.
Kini ada HRD yang datang berkonsultasi. Ia sudah tidak mengerjakan pekerjaan HRD, dipindahkan ke pekerjaan untuk mengurus investasi perusahaan, mengurus keperluan surat yang dibutuhkan. Masuklah HRD baru dikantor pusat, yang menggantikan pengurusan HRD lama. Hingga sampai pada HRD lama tidak diberikan tugas, hanya datang dan absen saja. Ternyata semua HRD diperlakukan demikian, mereka sudah waktunya untuk pensiun.
Tak ada yang berani bersuara, mereka telah dibuat patuh dengan kebaikan-kebaikan yang ditanamkan sebelumnya. Tanyakan saja apa penugasan untuk saya, ketika diam maka sulit membuat jawaban ketika ditanya. Jika memang taka da tugas yang harus dikerjakan, maka bisa disampaikan ketika ditanya. Disarankan menggunakan pengacara untuk perkara putusnya hubungan kerja dan diharapkan hak sebagai karyawan mereka dapatkan. Tak ada seorangpun yang berani mengambil Langkah ini.
Artikel ini dibuat bukan menyalahkan pihak manapun. Pihak perusahaan melakukan Langkah demikian mungkin untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Manajemen dapat memilih tindakan yang perlu diambil dan melakukan efisiensi. Ya itu keputusan manajemen. Namun ada yang menarik disini yaitu :
- Jangan pernah berhenti meningkatkan pengetahuan yang membuat kita dan perusahaan saling tergantung. Bukan karyawan terus bergantung. Ciptakanlah saling ketergantungan.
- Dengan terus meningkatkan diri maka kita tidak stress ketika ada keputusan yang tak terduga. Dengan kesiapan maka peluang kerja tetap terbuka.
- Jangan terlena dengan jabatan kita sebagai HRD, dimana HRD dibutuhkan untuk melakukan Tindakan eksekusi dan akan menerima keputusan pada posisi terakhir. Nasib ada ditangan kita sendiri, taka da yang perlu disalahkan. Menyalahkan tak menghasilkan perubahan dalam diri kita kecuali sakit hati yang kita rasakan.
- Pandailah untuk mengelola pendapatan, Investasikan sebagian pendapatan demi hidup masa tua kita bukan tergantung pada perhitungan pensiun yang akan kita dapatkan. Bisa jadi perusahaan alami kejadian buruk dan memiliki kesulitan keuangan, maka harapan dapatkan uang pensiun menjadi tidak pasti.
- Nasib ada ditangan kita sendiri, hanya kita yang bisa memperjuangkannya. Tak ada sesuatu diluar sana yang bersedia memperjuangkan nasib kita. Tak ada orang diluar sana yang mampu membuat kita miskin kecuali diri kita sendiri.
Salam improvement, teruslah belajar, kembangkan kebiasaan berpikir, karena hanya dengan berpikir maka kita bisa ciptakan masa depan.
Bila bermanfaat, bagikan melalui :