Bagikan melalui :
Banyak karyawan yang lebih mementingkan
gengsi, kesenangan sesaat daripada kemajuan masa depannya. Mereka tak pernah
mengenal financial management karena tak pernah diajarkan di sekolah. Dengan
Financial Mindset yang tak tepat maka pada akhirnya akan berpengaruh pada
pekerjaan. Banyak karyawan yang membeli sepeda motor secara kredit, dan kelas
motornya juga yang diatas 150 CC. Mereka tak pernah berhitung tentang biaya
yang akan mereka keluarkan.
Banyak HRD yang beranggapan bahwa itu
urusan pribadi karyawan. Kita tak boleh mencampuri apa yang diputuskan oleh
karyawan. Memang tak boleh kita mencampuri keputusan yang diambil oleh orang
lain terutama berkaitan dengan kehidupannya. Tetapi sudahkah kita berupaya
memberikan pengetahuan yang mereka butuhkan sehingga mereka bisa mengambil
keputusan dengan lebih cerdas.
Jika mereka tahu bahwa untuk membeli harga
motor sebesar 19 juta, mereka harus mengeluarkan uang diatas 30 juta dan mereka
mendapatkan nilai motor hanya 12 juta. Tentu mereka akan mempertimbangkan
kembali rencana pembelian karena gengsinya. Direksi menyampaikan pak bagaimana
mengajarkan kepada karyawan saya untuk dapat menggunakan uangnya dengan jauh
lebih bijak. Seharusnya mereka bisa membeli motor bekas sehingga tidak
dirugikan dengan nilainya semakin turun. Demi gengsi mereka bersedia membayar
harganya, kelak bisa berpengaruh terhadap kinerjanya.
Harga motor : 19 juta
Uang muka : 2 juta
Angsuran 3 tahun = 35 bulan dengan angsuran
per bulan 867 ribu.
Biaya yang dikeluarkan :
-
867.000 x 35 = 30.345,000
-
Uang muka =
2.000.000
-
Total uang = 32.345.000
Ketika lunas dalam 3 tahun, motor sudah
menjadi milik sendiri. Dan harganya jika dijual , harga pasar paling tinggi
sebesar 12 juta. Jika dihitung maka harga kreditnya 13 juta dan penyusutan
harga barang 7 juta, maka karyawan mengalami kerugian sebesar 20 juta.
Harga yang harus dibayar sebesar 32.345.000
untuk harga barang seharga 12 juta, ketika barang sudah menjadi milik karyawan.
Banyak karyawan yang bertindak demikian, tanggung jawab siapa untuk memberikan
pemahaman. Ketika mereka telah paham dan masih bisa menerima resikonya, maka
itu keputusan sadar karyawan, dimana kita tak pernah tahu tentang sumber dan
besarnya pendapatan dia.
Ketika karyawan bersedia menunda
kesenangannya sesaat, maka ia juga bisa memenuhi apa yang diinginkannya dengan
tak mengalami beban dalam mencicil motornya. ajarkan karyawan tentang perbedaan
antara kebutuhan dan keinginan. Direksi meminta persoalan ini dimasukkan ke
dalam program Active Learning Management System, agar karyawan paham dan
mempertimbangkan dengan baik. Jika kita sudah berupaya maksimal, maka itu nasib
karyawan dengan keputusannya sendiri. Kami focus bagaimana karyawan yang
bekerja di perusahaan ini, agar mampu menunjukkan kinerja yang optimal.
Berbagi tuk bermanfaat.
Bila bermanfaat, bagikan melalui :