Bagikan melalui :
Ubah Forced Discipline Jadi Self Discipline
Penulis : Drs. Psi. Reksa Boeana - Tanggal : 22-Jan-2024
Pembentukan perilaku disiplin dapat
dilakukan dengan membangun disiplin dari dalam diri karyawan dan dari kekuatan
pengaruh dari pihak luar. Segala sesuatu yang berasal dari luar tentu
membutuhkan pengawasan, ketika pengawasan mulai kendor maka yang terjadi adalah
karyawan menjadi kurang disiplin. Segala sesuatu yang berasal dari luar tentu
bersifat sementara. Sementara berarti untuk kasus tertentu dan tidak berlaku
pada kondisi yang berbeda.
Banyak yang menerapkan pembentukan disiplin
dari luar. Penerapan denda ketika karyawan tidak disiplin sudah sering
dilakukan di perusahaan. Kadang kala hasilnya tidak menunjukkan peningkatan
dalam disiplin karyawan. Karyawan berpandangan bahwa saya sudah membayar denda
atas penyimpangan, tindakan yang saya lakukan tentu sudah saya ganti bayar
sehingga perusahaan tidak dirugikan.
Ada juga perusahaan yang menerapkan sistem
denda yang tidak mempertimbangkan bobot penyimpangan yang dilakukan karyawan.
Sudah banyak yang menerapkan sistem denda untuk keterlambatan, tetapi karyawan
yang alpha, pemberitahuan, sakit tanpa gunakan surat dokter tentunya adalah
penyimpangan yang bobot dampaknya jauh lebih besar dibanding keterlambatan.
Karyawan yang datang terlambat, masih bisa memberikan kontribusi bagi
perusahaan. Sedangkan karyawan yang alpha, pemberitahuan dan sakit tanpa surat
dokter sudah tidak dibayar karena tidak bekerja. Disini faktor penyebab yang
membuat leader alami kesulitan dalam mendisiplinkan karyawan. Karyawan yang
memberitahukan ketidakhadirannya tentu tergolong masih bersedia menghormati
atasannya, disbanding karyawan yang alpha.
Banyak juga leader yang memberikan teguran
dengan marah, menyampaikan bahwa Tindakan karyawan melanggar peraturan dan tata
tertib di perusahaan, tanpa memberikan pembinaan dan menyadarkan karyawan
tentang tindakan keliru yang mereka lakukan. Adakah ancaman, menumbuhkan
ketakutan dapat menghasilkan self discipline? Tentunya tidak ada kondisi lebih
baik dapat dicapai ketika kita menghadapi ancaman atau ada rasa takut dalam
diri. Agar potensi dapat dikembangkan dengan optimal maka kita harus capai
merdeka ruh, merdeka pikir dan merdeka ilmu. Kita memahami dengan menggunakan
akal dan dapat diketahui kebenarannya dari hasil (memahami prinsip BENAR).
Membentuk self discipline berarti
memberikan pemahaman kepada karyawan tentang nilai yang mendatangkan manfaat
bagi semua umat manusia. Bukan manfaat bagi golongan, manfaat bagi diri
sendiri, manfaat bagi perusahaan tetapi bermanfaat bagi siapapun makhluk di
muka bumi. Semua makhluk menjadi wajib di hargai sebagaimana fitrah kita
sebagai manusia. Membahagiakan orang yang ada disekitar kita, menjadi rahmat
bagi semesta dimana kita berada.
Peran leader dalam membentuk self
discipline melalui pembinaan kepada karyawan. Pendekatan yang tepat adalah
coaching dimana karyawan menjawab persoalan perbedaan dengan pikirannya
sendiri. Dengan memegang prinsip bahwa tak ada orang yang bersedia menggunakan
pikiran orang lain, kecuali mereka menyetujuinya. Ketika mereka disalahkan,
maka itu pikiran dari leader bukan karyawan. Oleh karena itu karyawan perlu
diajak untuk memahami suatu persoalan dari sudut pandang ia sendiri. Oleh
karena itu dibutuhkan Latihan pembentukan ketrampilan leadership, bukan berupa
traing tetapi latihan, praktek dan pembiasaan terukur.
Penerapan program Self Evaluation dapat
membantu karyawan dalam melakukan evaluasi terhadap sikap dan tindkaan
kerjanya. Evaluasi diri adalah satu-satunya cara bagi individu untuk melakukan
perbaikan. Kesadaran evaluasi diri harus ditumbuhkan dari dalam diri karyawan. Orang
yang bersedia melakukan evaluasi diri maka ia menjadi mudah untuk mendengarkan,
pandai menerima masukan dari orang lain, mampu mengkoreksi diri menjadi lebih
baik. Namun banyak rekan HR lebih mementingkan formulir evaluasi diri yang
perlu diisi oleh karyawan.
Sesungguhnya formulir adalah alat bantu
yang digunakan agar memudahkan karyawan melakukan evaluasi diri. Sesungguhnya
nilai dari makna evaluasi diri yang lebih diutamakan untuk disampaikan kepada
karyawan. Peran leader dan tim HR adalah memahamkan pentingnya metode evaluasi
diri untuk peningkatan hidup karyawan menjadi lebih baik. Ketika ada pengisian
yang tidak sebenarnya, maka itu adalah peluang untuk menanamkan nilai kepada
karyawan. Banyak kasus yang disampaikan oleh leader adalah % hal positif yang
telah dilaporkan oleh karyawan. Tujuan penerapan Self Evaluation tidak
tercapai.
Meditasi adalah cara lain dalam
mengembangkan potensi diri optimal. Dengan meditasi maka kesadaran kita
meningkat. Kita tak perlu lakukan upaya keras melatih bagaimana memahami nilai
yang membawa hidup lebih baik. Kebiasaan meditasi akan membentuk diri manusia
dalam mencari makna. Bukankah pada saat sendiri, maka fungsi pikiran akan
bekerja optimal, bebas dari segala pengaruh dari luar. Dalam hening maka
pikiran bekerja dengan memunculkan data-data yang pernah dialami dan menjadi
keyakinan kita. Ketika data pikiran muncul maka pikiran sadar dapat melakukan
evaluasi dan memperbaiki nilai yang kurang sesuai. Layaknya hipnoterapi,
memunculkan nilai data pikiran dan mengevaluasi kesesuaian nilai yang perlu
kita jadikan koreksi.
Repetisi. Pengulangan dapat menghasilkan
kekuatan magic. Semua pengulangan menghasilkan kekuatan, kecepatan, kelancaram,
bahkan mampu mengubah mindset menggantikan nilai lama yang diyakini. Mengulang
pikiran dengan kata-kata mampu menghasilkan tindakan. Mengulang Tindakan mampu
melahirkan kebiasaan. Mengulang kebiasaan mampu menjadi karakter. Sesungguhnya
yang diulang bukan kata-kata, tetapi pikiran dimana terus dipikirkan itulah
yang mendatangkan hasil. Jadi kekuatan repetisi dimulai dari keinginan kuat
seseorang dan terus memikirkannya.
Bagaimana dengan doktrin? Banyak praktisi
HR yang menggunakan cara doktrin dalam menanamkan nilai ke karyawan. Melalui
disain visi, misi, nilai kerja dimana karyawan wajib menghafalkannya. Apakah
dengan menghafal maka karyawan dapat berubah mindsetnya? Sesungguhnya dengan
karyawan menghafal maka memudahkan bagi leader dan HR untuk memberikan
pembinaan. Mereka dapat menerima dan berpikir ketika memahami makna yang
disampaikan. Peran leader dan HR sangat besar dalam menanamkan nilai ini.
Setiap melakukan pembinaan, selalu menyertakan nilai-nilai kerja yang akan
ditanamkan. Karyawan menjadi paham bahwa nilai kerja tersebut penting dan
berarti bagi kemajuan perusahaan dan diri karyawan.
Semua pendekatan diatas sulit untuk
dilakukan pengukuran. HR tak bisa mengukur tindakan yang dilakukan karyawan
untuk mengubah dan memperbaiki diri mereka. Program active learning juga
menerapkan prinsip pengulangan dan membuat karyawan berpikir. Sesuatu yang
dipikirkan berulang-ulang mampu menciptakan mindset yang membuat karyawan
menjadi optimal. Soal dan studi kasus yang diberikan mampu menggantikan mindset
yang ada pada diri karyawan dan cenderung berupa fixed mindset. Menanamkan
growth mindset pada diri karyawan, menumbuhkan sikap bahwa semua pencapaian
manusia dihasilkan melalui proses bukan karena kondisi kecerdasan, bakat,
keuangan, posisi atau status seseorang. Semua orang berhak untuk sukses.
Salam improvement
Bila bermanfaat, bagikan melalui :