Mindset Berpikir Produktif



Bagikan melalui :

Mindset Berpikir Produktif

Penulis : Drs. Psi. Reksa Boeana - Tanggal : 12-Jan-2024





Mindset adalah sekumpulan keyakinan dan kepercayaan individu yang menentukan sikap dan tindakan individu. Mindset penentu sikap dan perilaku produktif. Upaya meningkatkan produktifitas menjadi usaha keras dan waktu cukup panjang jika mindset karyawan tidak mendukung gerakan peningkatan produktifitas. Ada banyak kasus karyawan yang memiliki mindset yang tidak sesuai menjadi penghambat upaya peningkatan produktifitas. Beberapa mindset yang dimaksud adalah :

a.      Buat apa kerja keras, Bos lebih kaya, kita ya segini-gini aja.

b.      Yang terpenting masuk kerja saja, dan tidak berbuat menyimpang. Kita tunggu pesangonnya saja.

c.       Tidak masuk kerja, tidak dibayar. Tentu perusahaan tidak rugi.

d.      Pelanggaran dikenakan denda, perusahaan untung bisa mendapatkan uang denda.

e.      Alpha, pemberitahuan, sakit tanpa surat dokter, ijin kepentingan pribadi tentu tidak dibayar, lebih baik alpha saja.

f.        Itu bukan keahlian saya, tentu saja saya tidak bisa melakukan pekerjaan sesuai harapan.

g.      Urusan penyimpangan karyawan bukan tanggung jawab pengawas, itu urusan HRD.

h.      Atasan hanya tinggal perintah, tidak pernah tahu kesulitan bawahan.

i.        Gaji ditetapkan UMK, ya kerjanya sesuai dengan besarnya gaji.

j.        Jika saya pandaikan rekan kerja, pada akhirnya saya tidak dipakai.

k.       Dll.

Banyak sekali mindset yang keliru dan menjadi penghambat upaya peningkatan produktifitas. Belum di bagian penjualan :

a.      Kualitas produk kita kurang, harga mahal. Tentu kalah dengan kompetitor.

b.      Itu (calon konsumen) sudah beberapa kali saya datangi, tetapi harga kalah dengan kompetitor. Percuma saya masuk kesana.

c.       Kompetitor kasih tempo bayar lebih lama, bos tidak mau.

d.      Kita sudah lakukan yang terbaik, tetapi memang kondisinya sepi.

e.      Dll

Tentu mindset ini menentukan sikap, semangat kerja dan antusiasme ketika menawarkan produk pada calon pelanggan. Mereka selalu melihat sisi kekurangan perusahaan dan tumbuh sikap, tak ada yang bisa diperbaiki.

Pengawas lebih fokus pada hasil kerja yang dicapai karyawan. Jika mencapai target, tak ada yang perlu disampaikan ke karyawan. Jika tak mencapai target, teguran dan bahkan kisah suksesnya yang disampaikan ke karyawan. Tindakan pengawas demikian, tak membantu memberikan solusi untuk perbaikan kinerja. Sumber utama masalahnya ada pada mindset karyawan yang keliru.

Kunci utama adalah mindset. Upaya perusahaan melakukan perubahan mindset dengan memberikan program pelatihan. Bagaimana hasilnya? Tentu ada upaya, hasil perbaikan terjadi. Namun perbaikan sulit dipertahankan karena mindset belum berubah. Setelah pelatihan, terjadi perubahan selama 3 bulan, namun setelah itu mereka kembali dengan kebiasaannya.

Pelatihan memberikan informasi pengetahuan bagi karyawan. Tetapi kebiasaan lebih unggul dalam mempengaruhi tindakan dibandingkan dengan pengetahuan. Banyak orang yang mengetahui bahwa terlambat adalah penyimpangan, tetapi mereka tetap datang terlambat meskipun sudah diberikan bimbingan, pengarahan, teguran bahkan Surat Peringatan. Terutama bagi mereka yang memiliki ketrampilan yang dibutuhkan perusahaan.

Bagaimana mindset terbentuk? Mindset adalah kumpulan nilai, pengetahuan yang dipelajari, dialami dan dirasakan individu selama belasan bahkan puluhan tahun dan menjadi keyakinan bagi individu. Dalam buku "Rich Dad, Poor Dad" (Robert T. Kiyosaki) dijelaskan bahwa orang tua yang kaya membentuk mindset kaya pada anaknya dan berpengaruh bagi kehidupan mereka di masa datang. Sedang ayah miskin, mengajarkan nilai-nilai mindset yang menerima keadaan, sikap pasrah, harus bekerja keras. Bagaimana jika Supervisor, melakukan tindakan menyalahkan dan tidak melakukan bimbingan dengan tepat? Pengarahan yang dilakukan berulang kali juga tidak membuat karyawan berubah.

Inti perubahan dihasilkan dari proses berpikir. Karyawan yang mendapatkan pengarahan berulang kali tidak membuatnya berpikir. Apa yang didengar mudah untuk dilupakan (I hear, I forget). Kebutuhan perusahaan untuk melakukan perubahan adalah membentuk kebiasaan berpikir. Program berpikir produktif membentuk kebiasaan untuk berpikir. Karyawan menjadi lebih sabar, bersedia mendengarkan, mampu berpikir sebelum bertindak. Mengingat apa yang dilakukan dalam hidup dan pekerjaannya dilakukan karena kebiasaan. 


Bila bermanfaat, bagikan melalui :